Belanja Kurma di Madinah

00.50 Add Comment
Belanja Kurma di Madinah - Barang-barang yang dijual di Madinah, seperti busana atau peralatan elektronik jauh lebih mahal dibandingkan di Makkah atau Jeddah. Tapi untuk buah-buahan seperti kurma dan kismis harga yang ditawarkan di Madinah lebih murah ketimbang di Makkah dan Jeddah.




Jadi, jamaah haji perlu lebih cerdas dalam memilih tempat berbelanja. Jika masih berada di Madinah, jangan tergesa-gesa untuk berbelanja busana, soufenir, dan sejenisnya. Bersabarlah sejenak hingga mendapat kesempatan untuk sampai di Jeddah.

Madinah adalah pasar yang banyak menjual buah khas Arab Saudi, yaitu kurma. Pusat pemasarannya adalah Pasar Kurma Madinah. Di pasar ini dijual berbagai jenis kurma. Kurma ajwa dijual dengan harga yang bervariasi, mulai dari 40 riyal sampai 90 riyal. Kurma aruna ada yang harganya 30 riyal namun ada juga yang harganya 70 riyal. Selain buah kurma, biskuit-biskuit yang terbuat dari bahan dasar kurma juga tersedia di sini.

Pasar Kurma Madinah berlokasi sekitar 60 meter di sebelah selatan Masjid Nabawi. Pasar ini dibuka mulai dari pukul 07.00 waktu Arab Saudi hingga pukul 23.00 pada musim haji.

Bakso ‘Ajib’ Mang Husein

00.47 Add Comment
Bakso ‘Ajib’ Mang Husein - ‘’Kita makan bakso, yuk,’’ ujar Ustaz Buchory Muslim, seorang petugas haji Indonesia. ‘’Memang di sini ada bakso enak? Boleh juga tuh,’’ kata Muhammad Syarif Salim, seorang wartawan menyambut ajakan itu.



Orang Indonesia sepertinya tak bisa lepas dari bakso. Di mana pun berada, jajanan khas Indonesia ini selalu dicari. Apalagi, para petugas Media Center Haji sudah 12 hari bertugas di Tanah Suci, Makkah. Jauh dari Tanah Air, mereka dilanda kangen menyantap bakso.

Tak sulit menemukan bakso di Tanah Suci. Sebab, bakso yang satu ini sudah sangat populer di kalangan mukimin dan petugas haji yang biasa bertugas di kota Makkah. Ya, bakso yang masyhur itu biasa disebut ‘’Bakso Mang Husein’’.  Jangan bayangkan, bakso yang rasanya ‘ajib’ ini dijual di restoran atau tempat makan.

Bakso ini boleh dibilang dijual secara tersembunyi. Sebab, Mang Husein berdagang bakso di rumah majikannya. Namun, karena rasanya yang enak, orang-orang tinggal memesan lewat telepon atau datang langsung ke Kholidiyah I tepat di depan Rusan, tempat Mang Husein berdagang.

Untuk memesan bakso, kami menekan bel. Tak lama kemudian, Mang Husein keluar dan menyapa kami, ”Mau pesan bakso?” Pria kelahiran Cibeber, Cianjur, Jawa Barat, ini langsung memasang karpet di sebuah gang dan segera menyajikan bakso. Tak lama kemudian, bakso yang disajikan dalam mangkuk plastik itupun datang.

”Ini bakso enak sekali. Sulit nyari tandingan bakso yang rasanya enak seperti ini di Indonesia,” ucap Irwan memuji rasa bakso buatan Mang Husein ini.

Bakso Mang Husein memang ajib (enak-red). Saya merasakan betul bakso ini benar-benar enak. ”Saya baru ngerasain bakso yang bener-benar enak,” kata Zaini, kata seorang mukimin, sambil meminta nomor telepon Mang Husein.

”Sebenarnya ini hanya sampingan saja,” tutur Husein Abdul Aziz Sulaeman. Sebenarnya, ia berkerja sebagai sopir di rumah seorang pejabat Departemen Luar Negeri Arab Saudi. Menurut Husein, majikannya sangat baik sekali. Ia telah menganggap majikannya sebagai orang tua. Di rumah itu, Husein tinggal bersama istri dan lima anaknya.

Husein pertama kali berjualan bakso pada 2005. Awalnya, ia menyantap Mie Ayah di sebuah tempat makan di Kota Makkah. Namun, kata dia, rasanya kurang enak. Akhirnya, dia membuat sendiri dan rasanya jauh lebih enak. Istrinya mengusulkan untuk berjualan bakso.

Pelanggannya baksonya adalah para tenaga kerja Indonesia serta mukimin. Ia berjualan bakso dari pukul 13.30 hingga 23.00 waktu Arab Saudi (WAS). Ia mengaku bisa saja membuka restoran bakso. Namun, hal itu tak akan pernah dilakukannya. Husein mengaku sangat betah kerja di rumah majikannya

Masjid Qiblatain

00.35 Add Comment
Masjid Kiblatain - Di dekat sebuah bukit kecil, di kawasan utara Harrah Wabrah, Madinah, terdapat sebuah masjid nan elok. Bercat putih dengan dua menara menjulang ke langit, masjid yang mempunyai dua kubah tersebut bernama Masjid Qiblatain. Qiblatain artinya dua kiblat.


Sebelum bernama Masjid Qiblatain, masjid yang terletak sekitar 7 kilometer dari Masjib Nabawi tersebut bernama Masjid Bani Salamah. Semula, di dekat Masjid Bani Salamah ada telaga yang diberi nama Sumur Raumah. Sumur itu adalah sumber air terdekat dengan masjid yang dimiliki orang Yahudi.

Mengingat pentingnya air untuk masjid, atas anjuran Rasulullah SAW, Khalifah Usman bin Affan menebus telaga sumur orang Yahudi itu seharga 20 ribu dirham. Usman pun kemudian mewakafkan sumur untuk kepentingan masjid. Sumur itu sampai kini masih berfungsi dengan baik. Airnya digunakan untuk bersuci dan mengairi taman di sekeliling masjid serta kebutuhan minum penduduk sekitar. Namun, sekarang, bentuk fisik sumur sudah tidak kelihatan karena ditutup dengan tembok.

Perubahan nama masjid bermula pada peristiwa penting yang dialami Rasulullah SAW serta para sahabat. Saat itu, bulan Rajab tahun 12 Hijriyah. Rasulullah dan para sahabat tengah menunaikan shalat berjamaah siang hari. Sebagian hadis meriwayatkan, shalat jamaah yang dilakukan Rasulullah dan para sahabat adalah shalat Zuhur. Tapi, sebagian hadis ada yang menerangkan bahwa shalat itu adalah shalat Ashar berjamaah.

Kala itu, kiblat shalat masih menghadap ke arah Masjidil Aqsa di Palestina. Di tengah shalat berlangsung pada rakaat ketiga, Rasulullah SAW menerima wahyu yang memerintahkan kiblat shalat diubah ke arah Masjidil Haram di Makkah.

“Sungguh, Kami melihat mukamu menengadah ke langit. Maka, sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan, di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan, sesungguhnya, orang-orang yang diberi Al Kitab memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (QS Albaqarah ayat 144).

Seketika itu pula, Rasulullah yang sedang mengimami shalat mengubah kiblat ke arah Ka””bah. Tanpa membatalkan atau mengulangi shalat, Rasulullah berputar 180 derajat, dari semula ke arah Masjidil Aqsa kemudian menghadap ke arah Masjidil Haram. Para sahabat mengikuti apa yang dilakukan Rasulullah SAW. Peristiwa perubahan kiblat inilah yang melatarbelakangi pemberiaan nama Masjid Qiblatain pada Masjid Bani Salamah.

Di zaman Nabi SAW, peristiwa perpindahan kiblat ini mengundang kritik dan celaan kaum kafir. Namun, bagi mereka yang beriman, perpindahan kiblat tidak lantas membuat mereka ragu terhadap Allah SWT dan Muhammad SAW. Mereka justru bertambah keimanannya lantaran wahyu yang turun di Masjid Salamah itu memang telah lama diharapkan kaum Muslim.

Perubahan kiblat shalat juga memengaruhi cara shalat di Masjid Nabawi. Sebelum perubahan kiblat, Nabi Muhammad SAW biasa memimpin shalat dalam Masjid Nabawi dari suatu tempat di seberang Babul Jibriil yang dahulu menghadap ke arah utara. Setelah perintah untuk perubahan kiblat, beliau memimpin shalat dari pilar/tiang Aisyah untuk beberapa hari dan kemudian seterusnya memimpin shalat dari Mihrab Nabawi. Dengan perubahan kiblat, beliau menghadapi ke arah selatan (Baitullah).

Area di seberang Babul Jibriil yang lama kini menjadi bagian belakang Masjid Nabawi. Area ini diperuntukkan bagi Ashabus-Suffah menginap dan belajar.

Dalam perkembangannya, Masjid Qiblatain mengalami beberapa kali pemugaran, sejak zaman Umayyah, Abbasiyah, Usmani, hingga era pemerintahan Kerajaan Arab Saudi sekarang. Pada pemugaran-pemugaran terdahulu, tanda kiblat pertama masih jelas kelihatan. Pada dinding di arah kiblat pertama, tertera bunyi ayat 144 surah Albaqarah. Ada pula tulisan berupa larangan bagi siapa saja yang shalat agar tidak menggunakan kiblat lama.

Di saat musim haji, Masjid Qiblatain merupakan salah satu primadona lokasi yang masuk ke dalam menu ziarah para jamaah. Tak terkecuali jamaah haji asal Indonesia.

Meskipun Pemerintah Kerajaan Arab Saudi tidak memasukkan Masjid Qiblatain dalam daftar masjid yang wajib dikunjungi dalam rangkaian ibadah di Tanah Suci Madinah, masjid dengan dua kiblat ini tidak pernah sepi dari kunjungan jamaah haji.

Berziarah ke Masjid Qiblatain mengandung banyak hikmah. Selain ibadah shalat wajib dan sunat di sana, jamaah dapat juga memetik suri teladan (ibrah) dari para pejuang Islam periode awal (as-sabiqunal awwalun) yang begitu gigih menyebarkan risalah Islamiyah dan melaksanakan perintah Allah SWT.

Biasanya, jamaah mengunjungi Masjid Qiblatain sambil menunggu datangnya puncak pelaksanaan ibadah haji

Haji untuk Wanita Nifas atau Haid

00.14 Add Comment
Haji untuk Wanita Nifas atau Haid - Ulama' telah membahagikannya kepada 3 pendapat (cara) iaitu ;



Pertama

Wanita yang mengerjakan haji secara Tamattuk, sama ada haid @ nifas sebelum atau semasa ihram, apabila sampai ke Mekah hendaklah menunggu sehingga suci. Jika ia suci pada hari berniat ihram, maka hendaklah melakukan Tawaf Umrah, saie dan bercukur (tahalul). Kemudian melakukan ibadah haji spt biasa.

Jika berterusan uzur sehingga berangkat ke Arafah (Wukuf) hendaklah ia berniat ihram Haji dan memasukkan haji ke dlm umrah sekali (jadi Haji Qiran) dan seterusnya melaksanakan dam Qiran.

Kedua

Wanita yang mengerjakan haji secara Ifrad @ Qiran hendaklah terus mengerjakan semua kerja-kerja haji melainkan Tawaf. Tawaf hanya dikerjakan apabila ia suci.

Ketiga

Sekiranya haid @ nifas masih berkekalan hingga habis musim haji dan hendak balik ke negeri masing-masing, hendaklah ia menunggu hingga suci untuk Tawaf atau dia keluar dari Mekah dgn syarat  kembali semula setelah suci untuk Tawaf. Dia tidak boleh bersetubuh dengan suaminya selagi belum menyelesaikan Tawaf tadi.

Dam atau Denda

00.10 Add Comment
Dam atau Denda - DAM (DENDA)

Dam ialah denda yang dikenakan kepada jemaah haji yang berikut ;

a)   melakukan haji secara Tamattuk atau Qiran, atau
b)  meninggalkan salah satu wajib haji, atau
c)  melakukan perkara-perkara yang dilarang ketika ihram



Jenis-jenis Dam

1. Dam Tertib dan Ta'dil -

Kesalahannya ;

Persetubuhan yang merosakkan haji

Denda

a) hendaklah menyembelih seekor unta
b) jika tidak mampu, menyembelih seekor lembu
c) jika tidak mampu, menyembelih 7 ekor kambing
d) jika tidak mampu, membeli makanan yang sama nilai dengan seekor unta dan disedeqahkan kpd fakir miskin di Mekah
e) jika tidak mampu, hendaklah berpuasa sebanyak bilangan cupak makanan yang dapat dibeli dgn nilai seekor unta

Kesalahannya ;

Tidak dapat masuk ke Tanah Haram atas sebab-sebab kesihatan spt berpenyakit atau merebaknya penyakit merbahaya,  atau atas sebab keselamatan spt peperangan, diculik, diancam musuh dsb sedangkan sudah berihram.

Denda

Hendaklah dia bertahallul ikhsar (ringkas) dengan ;
a) menyembelih seekor kambing dan kemudian bercukur
b) jika tidak mampu, hendaklah membeli makanan yang sama nilai dengan seekor kambing dan disedeqahkan kpd fakir miskin di Mekah
c) jika tidak mampu, hendaklah hendaklah berpuasa sebanyak bilangan cupak makanan yang dapat dibeli dgn nilai seekor kambing



2. Dam Tertib dan Taqdir - iaitu dam yang tidak boleh dipilih @ diganti dengan yang lain kecuali tidak terdaya melakukannya.

Kesalahannya ;

a) ihram Tamattuk
b) ihram Qiran
c) tertinggal salah satu wajib haji
d) meninggalkan tawaf wida'
e) melanggar nazar ketika melakukan haji

Denda

a) menyembelih seekor kambing @ 1/7 unta/lembu, jika tidak mampu...
b) berpuasa 10 hari iaitu 3 hari di Mekah dan 7 hari di tanah air sendiri.

# bagi wanita yang uzur kerana haid @ nifas tidak diwajibkan tawaf widak dan tidak dikenakan dam



3. Dam Takhyir dan Ta'dil - boleh dipilih salah satu drp perkara yang telah ditetapkan.

Kesalahannya ;

a) memburu binatang buruan
b) menebang, memotong @ mencabut pokok di Tanah Haram

Denda

Denda berdasarkan bandingan binatang yang diburu, rusa bandingannya lembu dan kijang bandingannya kambing.
Denda bagi pokok yang ditebang sama spt bandingan di atas.
Denda bolehlah dipilih di antara yang berikut ;

a) menyembelih seekor binatang bandingan atau
b) membeli makanan yang sama nilai dengan binatang bandingan dan disedeqahkan kpd fakir miskin di Mekah
c) berpuasa sebanyak bilangan cupak makanan yang dapat dibeli dgn nilai binatang bandingan itu tadi.



4. Dam Takhyir dan Taqdir

Kesalahannya ;

a) melakukan perkara-perkara yang dilarang ketika ihram
b) melakukan persetubuhan selepas Tahalul Awal tetapi belum selesai Tahalul Thani
c) melakukan persetubuhan selepas persetubuhan yang merosakkan haji.

Denda

Denda bolehlah dipilih di antara yang berikut ;
a) menyembelih seekor kambing atau
b) bersedeqah kpd 6 orang fakir miskin  sebanyak 2 cupak setiap seorang atau
c) berpuasa 3 hari

عَنْ كَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَتَى عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَمَنَ الْحُدَيْبِيَةِ وَأَنَا أُوقِدُ تَحْتَ قَالَ الْقَوَارِيرِيُّ قِدْرٍ لِي و قَالَ أَبُو الرَّبِيعِ بُرْمَةٍ لِي وَالْقَمْلُ يَتَنَاثَرُ عَلَى وَجْهِي فَقَالَ أَيُؤْذِيكَ هَوَامُّ رَأْسِكَ قَالَ قُلْتُ نَعَمْ قَالَ فَاحْلِقْ وَصُمْ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ أَوْ أَطْعِمْ سِتَّةَ مَسَاكِينَ أَوْ انْسُكْ نَسِيكَةً

Dari Kaab bin Ujrah RA., ia berkata: Rasulullah SAW mendatangiku pada waktu perjanjian Hudaibiyah. Ketika aku sedang menyalakan api, Qawariri berkata: Di bawah periukku, sedang Abu Rabi` berkata: Di bawah kualiku dan banyak sekali kutu bertaburan di wajahku. Melihat hal itu, beliau bertanya kepadaku: Bukankah kutu di kepalamu itu menyusahkanmu? Aku jawab: Ya. Beliau bersabda: Cukurlah dan berpuasalah tiga hari atau berilah makan enam orang miskin atau sembelihlah seekor kambing. Hadis riwayat Bukhari, Muslim, Turmizi, Ibnu Majah dan Ahmad.

Yang Membatalkan Haji

00.04 Add Comment
Berikut adalah hal-hal yang Membatalkan haji :




1.  Tertinggal salah satu daripada rukun haji.
2.  Melakukan persetubuhan atau akad nikah sebelum tahalul pertama.

Yang Dilarang Ketika Berihram

00.02 Add Comment
Yang Dilarang Ketika Berihram - Diharamkan bagi seseorang yang telah berihram melakukan hal-hal sebagai berikut:



1. Memakai pakaian yang dijahit
Berdasarkan hadits Ibnu Umar, “Bahwa seseorang bertanya, ‘Wahai Rasulullah, pakaian apa yang boleh dipakai oleh orang yang berihram?’ Beliau bersabda, ‘Tidak boleh memakai baju, surban, celana, penutup kepala dan sepatu kecuali seseorang yang tidak memiliki sandal, ia boleh menggunakan sepatu, namun hendaknya ia memotong bagian yang lebih bawah dari mata kaki. Dan hendaknya jangan memakai pakaian yang diolesi minyak Za’faran dan Wars.” (HR Muttafaq Alaih).

Bagi orang yang tidak mempunyai pakaian kecuali celana dan sepatu diberi keringanan memakai celana dan sepatu tanpa dipotong, berdasarkan hadits Ibnu Abbas, ia berkata, “Aku mendengar Nabi SAW berkhutbah di Arafah, ‘Barangsiapa yang tidak mempunyai sandal hendaknya ia memakai sepatunya dan barangsiapa yang tidak mempunyai izar (kain ihram) hendaknya ia memakai celana, bagi orang yang berihram.” (HR Muttafaq Alaih).

2. Menutup wajah dan kedua tangan bagi wanita
Berdasarkan hadits Ibnu Umar, bahwa Nabi SAW bersabda, “Bagi wanita yang berihram tidak boleh memakai niqab (penutup muka/cadar) dan kaos tangan.” (HR Bukhari, Abu Dawud, An-Nasa’i, Tirmidzi).

Ia boleh menutup mukanya jika ada laki-laki yang lewat, berdasarkan hadits Hisyam bin Urwah dari Fatimah binti Al-Mundzir, ia berkata, “Kami menutup muka kami sedangkan kami tengah berihram dan bersama kami Asma’ binti Abu Bakar Ash-Shiddiq.” (HR Imam Malik, Al-Hakim).

3. Menutup kepala bagi laki-laki baik dengan surban atau yang lainnya
Berdasarkan sabda Rasulullah SAW dalam hadits Ibnu Umar. “Tidak boleh memakai baju dan surban.” (Irwaa’ul Ghaliil).

Namun boleh berteduh dalam kemah atau yang lainnya, berdasarkan hadits Jabir. “Rasulullah SAW memerintahkan untuk mendirikan kemah, maka didirikan untuk beliau kemah di Namirah, kemudian beliau mampir di kemah tersebut.”

4. Memakai minyak wangi
Berdasarkan sabda Rasulullah SAW dalam hadits Ibnu Umar. “Dan hendaknya jangan memakai pakaian yang diolesi minyak Za’faran dan Wars.” (HR Muttafaq Alaih, Abu Dawud, An-Nasa’i).

Juga sabda Rasulullah tentang orang yang masih dalam ihramnya kemudian ia terjatuh dari untanya sehingga lehernya patah. “Jangan diberi minyak wangi dan kepalanya jangan ditutup, karena sesungguhnya Allah akan membangkitkannya pada hari Kiamat dalam keadaan bertalbiyah.” (HR Muttafaq Alaih, Abu Dawud, An-Nasa’i).

5 Memotong kuku dan menghilangkan rambut, baik dengan cara mencukur atau memendekkan atau dengan cara lainnya

Berdasarkan firman Allah SWT: “… Jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum kurban sampai ke tempat penyembelihannya…” (QS Al-Baqarah: 196).

Para ulama juga sepakat akan haramnya memotong kuku bagi orang yang berihram. Bagi orang yang terganggu dengan keberadaan rambutnya boleh mencukur rambut tersebut dan ia wajib membayar fidyah (denda), berdasarkan firman Allah SWT: “… Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu berpuasa atau bersedekah atau berkurban…” (QS Al-Baqarah: 196).

Dan hadits yang diriwayatkan dari Ka’ab bin Ujrah. Bahwa Nabi SAW mampir menemuinya di Hudaibiyah sebelum beliau memasuki kota Makkah. Ka’ab pada saat itu sedang berihram, ia menyalakan api di bawah panci sedangkan kutunya berjatuhan di wajahnya satu demi satu. Kemudian Rasulullah bertanya kepadanya, ‘Apakah kutu-kutu ini mengganggumu?’ ‘Benar,’ jawab Ka’ab. Rasulullah bersabda, ‘Cukurlah rambutmu lalu berilah makan sebanyak satu faraq untuk enam orang (satu faraq sama dengan tiga sha’) atau berpuasalah tiga hari atau sembelihlah seekor hewan kurban.” (HR Muttafaq Alaih, Abu Dawud, An-Nasa’i, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

6. Berhubungan intim dan faktor-faktor yang dapat membuatnya tertarik untuk berhubungan intim


7. Mengerjakan kemaksiatan

8. Bermusuhan dan berdebat


Dalil pengharaman tiga poin ini adalah firman Allah SWT: “(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasiq dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.” (QS Al-Baqarah: 197).

10 Melamar dan menikah
Berdasarkan hadits Utsman bahwa Nabi Saw bersabda, “Orang yang sedang berihram dilarang menikah dan menikahkan serta melamar dan dilamar.”

11. Membunuh atau menyembelih hewan buruan darat atau mengisyaratkan atau memberi tanda untuk membunuh hewan buruan tersebut.

Berdasarkan firman Allah SWT: “… Dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram…” (QS Al-Maa-idah: 96).

Juga sabda Rasulullah SAW ketika beberapa orang sahabat bertanya tentang keledai betina yang diburu oleh Abu Qatadah, ia pada saat itu tidak sedang berihram sedangkan yang lainnya berihram. Kemudian Rasulullah bertanya, “Apakah ada salah seorang di antara kalian memerintahkan agar ia memburu keledai itu, atau memberi isyarat ke keledai itu?” “Tidak,” jawab mereka. Beliau bersabda, “Makanlah!” (HR Muttafaq Alaih, dan An-Nasa’i).

12. Makan hewan buruan yang diburu untuknya atau yang ia isyaratkan untuk diburu, atau yang diburu dengan bantuannya

Berdasarkan apa yang difahami dari sabda Rasulullah, “Apakah ada salah seorang di antara kalian memerintahkan agar ia memburu keledai itu atau memberi isyarat ke keledai itu?” “Tidak,” jawab mereka. Beliau bersabda, “Makanlah!” (HR Muttafaq Alaih, dan An-Nasa’i).

Redaktur: Chairul Akhmad
Sumber: Disarikan dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz, karya Syaikh Abdul Azhim bin Badawai Al-Khalafi, Edisi Indonesia Panduan Fiqih Lengkap, Penerjemah Team Tashfiyah LIPIA-Jakarta, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir.